Biografi Lengkap Saint Paulus: Dari Penganiaya Menjadi Penginjil

Saint Paul adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah kekristenan. Ia lahir dengan nama Saulus sekitar tahun 5-10 M di kota Tarsus, provinsi Kilikia, wilayah Asia Kecil (sekarang Turki). Ia adalah keturunan suku Benyamin dan termasuk orang Ibrani. Ia juga memiliki kewarganegaraan Romawi, yang memberinya hak dan perlindungan tertentu. Ia dibesarkan dalam agama Yahudi dan dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel, seorang rabi terkenal di Yerusalem. Ia mengikuti aliran Farisi, yang paling keras dalam menaati hukum Taurat. Ia juga memiliki keterampilan membuat tenda dari bulu domba, yang menjadi mata pencahariannya sepanjang hidupnya.



Saulus tidak menyaksikan penyaliban Yesus, tetapi ia menjadi penganiaya orang-orang Kristen yang dianggap sebagai sekte sesat dari Yudaisme. Ia hadir ketika Stefanus, seorang diaken Kristen, dilempari batu sampai mati. Ia juga mendapat surat kuasa dari imam-imam besar untuk menangkap dan membawa orang-orang Kristen ke Yerusalem. Dalam perjalanan ke Damaskus, ia mengalami penglihatan yang mengubah hidupnya. Ia melihat cahaya yang menyilaukan dan mendengar suara Yesus yang berkata, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?" (Kisah Para Rasul 9:4). Ia menjadi buta dan dibawa ke Damaskus, di mana ia bertemu dengan Ananias, seorang murid Yesus, yang menyembuhkan penglihatannya dan membaptisnya. Saulus mulai percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dan mengganti namanya menjadi Paulus, yang berarti "kecil" atau "rendah".

Paulus menjadi penginjil yang bersemangat dan berfokus pada penyebaran pesan bahwa Yesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan semua orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi. Ia melakukan tiga perjalanan misi yang membawanya ke berbagai kota dan daerah di Asia Kecil, Yunani, Makedonia, dan Siria. Ia juga mengunjungi Yerusalem beberapa kali untuk berhubungan dengan para rasul dan pemimpin gereja Kristen. Ia menghadapi banyak tantangan dan kesulitan dalam pelayanannya, seperti penolakan, penganiayaan, penjara, cambuk, batu, kapal karam, dan bahaya lainnya. Namun ia tetap setia dan berani dalam menyampaikan Injil. Ia juga menulis banyak surat kepada gereja-gereja dan individu yang ia bina, yang menjadi bagian dari Perjanjian Baru dalam Alkitab. Surat-suratnya mengandung ajaran-ajaran teologis, etis, dan praktis tentang iman Kristen.

Paulus ditangkap di Yerusalem pada tahun 58 M, setelah ia dituduh menodai Bait Allah dengan membawa orang bukan Yahudi ke dalamnya. Ia dibawa ke Kaisarea, di mana ia ditahan selama dua tahun. Ia mengajukan banding kepada Kaisar Nero sebagai warga negara Romawi, dan dibawa ke Roma dengan kapal. Dalam perjalanan, ia mengalami badai dan kapalnya kandas di pulau Malta, di mana ia melakukan beberapa mukjizat. Ia tiba di Roma pada tahun 60 M dan tinggal di rumah sewaan selama dua tahun, di mana ia menerima tamu dan mengajar tentang Kerajaan Allah. Ia juga menulis surat-surat terakhirnya, seperti surat kepada Filipi, Kolose, Efeus, dan Filemon.

Tidak ada catatan pasti tentang akhir hidup Paulus, tetapi menurut tradisi gereja, ia mati sebagai martir di Roma pada tahun 64 M, ketika Nero melakukan penganiayaan besar-besaran terhadap orang-orang Kristen. Ia dipenggal dengan pedang, karena ia adalah warga negara Romawi. Jenazahnya dikuburkan di luar tembok kota, di tempat yang sekarang menjadi Basilika Santo Paulus. Ia dihormati sebagai salah satu rasul terbesar dan santo pelindung gereja-gereja, negara-negara, dan profesi tertentu.