Kisah Nabi Isa Al-Masih: Dari Lahir Tanpa Ayah Hingga Diangkat ke Langit

Foto patung Kristus Penebus di Rio de Janeiro

Isa Al-Masih adalah sebutan yang digunakan oleh umat Kristen untuk menyebut Nabi Isa bin Maryam, yang mereka anggap sebagai putra Allah dan juru selamat. Namun, dalam pandangan Islam, Isa Al-Masih adalah seorang nabi dan rasul yang diutus oleh Allah kepada Bani Israil, tanpa ayah dan tanpa anak. Ia tidak disalib, tetapi diangkat oleh Allah ke langit, dan akan kembali di akhir zaman untuk membela kebenaran.

Isa Al-Masih lahir secara ajaib dari rahim Maryam, putri dari Imran, yang merupakan wanita suci dan salehah. Maryam mendapat kabar gembira dari malaikat Jibril bahwa ia akan melahirkan seorang putra yang bernama Isa, yang akan menjadi nabi dan rasul Allah. Maryam pun bertanya, bagaimana mungkin ia bisa hamil, padahal ia belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki. Malaikat Jibril menjawab, bahwa hal itu adalah mudah bagi Allah, dan bahwa Isa adalah kalimat Allah yang ditiupkan ke dalam rahimnya. (Ali Imran: 45-47)

Isa Al-Masih dilahirkan di Bait Lahm (Bethlehem), sebuah kota yang terletak sekitar 9,5 km di selatan Yerusalem. Ketika Maryam melahirkan, ia merasa lapar dan haus, lalu Allah menunjukkan kepadanya sebuah pohon kurma yang berbuah lebat, dan sebuah sungai yang mengalir di dekatnya. Allah memerintahkan Maryam untuk menggoyangkan pohon kurma itu, dan memakan buahnya, serta minum air sungai itu. Allah juga memerintahkan Maryam untuk tidak berbicara dengan seorang manusia pun, dan jika ada yang bertanya tentang bayinya, maka ia harus mengisyaratkan bahwa ia sedang berpuasa. (Maryam: 22-26)

Isa Al-Masih dibawa oleh Maryam ke kaumnya, yang terkejut dan menuduh Maryam telah berbuat zina. Mereka berkata, bagaimana mungkin Maryam, yang berasal dari keluarga yang baik-baik, bisa melahirkan seorang anak tanpa ayah. Maryam pun menunjuk bayinya, dan Allah memberi mukjizat kepada Isa, yang bisa berbicara sejak bayi. Isa berkata, bahwa ia adalah hamba Allah, yang diberi kitab Injil, dan dijadikan nabi dan rasul. Ia juga berkata, bahwa ia diperintahkan untuk shalat, zakat, dan berbakti kepada ibunya. Ia juga menyatakan, bahwa ia adalah Almasih, yang dibangkitkan oleh Allah. (Maryam: 27-34)

Isa Al-Masih tumbuh menjadi seorang yang cerdas, berilmu, dan saleh. Ia belajar Taurat dari para ulama Yahudi, dan menguasai bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani. Ia juga memiliki beberapa mukjizat, seperti menyembuhkan orang buta, bisu, dan berpenyakit kulit, menghidupkan orang mati, membuat burung dari tanah liat, dan memberitahu apa yang dimakan dan disimpan oleh orang-orang. Semua itu ia lakukan dengan izin Allah, sebagai bukti bahwa ia adalah utusan Allah. (Ali Imran: 49, Al-Maidah: 110)

Isa Al-Masih diutus oleh Allah kepada Bani Israil, yang telah menyimpang dari ajaran Taurat dan mengikuti hawa nafsu mereka. Ia mengajarkan tauhid, yaitu kepercayaan kepada satu Allah, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Ia juga mengajarkan akhlak, yaitu perilaku yang baik, jujur, adil, dan berbuat baik kepada sesama. Ia juga mengajarkan syariat, yaitu hukum-hukum yang diturunkan oleh Allah melalui kitab-kitab-Nya, seperti Taurat dan Injil. Ia juga membenarkan kitab-kitab sebelumnya, dan memberi kabar gembira tentang kedatangan nabi terakhir, yaitu Muhammad. (Ali Imran: 50-51, As-Saff: 6)

Isa Al-Masih mendapat dukungan dari sebagian kecil Bani Israil, yang disebut Hawariyyun, atau pengikut setia. Mereka beriman kepada Isa, dan membantunya dalam menyebarkan dakwahnya. Mereka juga bersedia berkorban untuk membela Isa, dan mengikuti perintah-perintahnya. Mereka adalah orang-orang yang saleh, zuhud, dan berani. (Ali Imran: 52-53, Al-Maidah: 111-112)

Isa Al-Masih mendapat penolakan dan kebencian dari sebagian besar Bani Israil, terutama dari para ulama dan pemimpin mereka, yang disebut Ahbar dan Ruhban. Mereka merasa iri dan takut kepada Isa, karena ia mengancam kedudukan dan kekuasaan mereka. Mereka juga meragukan kebenaran Isa, dan menuduhnya sebagai tukang sihir, pendusta, dan penghujat. Mereka berusaha membunuh Isa, dan berkomplot dengan penguasa Romawi, yang saat itu menjajah Palestina. (An-Nisa: 155-157, Al-Maidah: 70-71)

Isa Al-Masih diangkat oleh Allah ke langit, ketika para musuhnya berencana untuk menangkap dan menyalibnya. Allah menjadikan orang lain yang diserupakan dengan Isa sebagai korban penyaliban, sedangkan Isa sendiri diangkat ke langit dengan selamat. Allah juga mengutus malaikat Jibril untuk memberitahu Isa tentang rencana-Nya, dan memberi kabar gembira bahwa ia akan kembali di akhir zaman. (An-Nisa: 157-158, Ali Imran: 55)

Isa Al-Masih masih hidup di langit, dan menunggu saatnya untuk turun kembali ke bumi. Ia akan turun di akhir zaman, ketika dunia dipenuhi oleh kezaliman dan kekacauan. Ia akan turun di Masjidil Aqsa, di Yerusalem, dan bergabung dengan kaum Muslimin, yang dipimpin oleh Imam Mahdi. Ia akan membunuh Dajjal, yaitu makhluk yang menyesatkan manusia dengan berbagai tipu daya. Ia juga akan mematahkan salib, membunuh babi, dan menghapus jizyah. Ia akan menegakkan syariat Islam, dan membawa kedamaian dan keadilan di dunia. (Sahih Muslim, no. 2937, Sahih Bukhari, no. 2222)

Isa Al-Masih akan menikah dengan salah satu umat Muhammad, dan memiliki keturunan. Ia akan hidup di bumi selama beberapa tahun, dan melakukan ibadah seperti umat Muslim lainnya. Ia akan wafat secara alami, dan dikuburkan di samping Nabi Muhammad di Madinah. Ia akan dibangkitkan kembali pada hari kiamat, dan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Ia akan menjadi saksi atas umatnya, dan membela mereka di hadapan Allah. Ia akan masuk surga, dan bersama dengan para nabi, rasul, dan orang-orang saleh. (Sahih Muslim, no. 155, Sahih Bukhari, no. 3448).