John Kei: Perjalanan Hidup Sang Godfather Jakarta dari Maluku hingga Nusakambangan
John Kei adalah nama yang telah lama menggema di jalanan Jakarta sebagai salah satu sosok preman paling ditakuti dan berpengaruh di Indonesia. Perjalanan hidupnya bagaikan kisah dalam film gangster—seorang pemuda dari daerah terpencil yang kemudian menjelma menjadi penguasa dunia kriminal di ibu kota. Artikel ini akan mengupas tuntas siapa sebenarnya John Kei, bagaimana dia membangun kekuasaannya, konflik yang dihadapinya, hingga jatuh bangunnya dalam dunia kriminal Jakarta.
Awal Kehidupan John Kei di Tanah Maluku
Kelahiran dan Masa Kecil
John Refra, yang lebih dikenal dengan nama John Kei, lahir pada tahun 1969 di sebuah desa sederhana di Kepulauan Kei, Maluku. Wilayah Indonesia timur ini terkenal dengan budaya dan sejarah panjang tentang keberanian. Kehidupan di sana keras namun kaya akan nilai-nilai kekeluargaan dan loyalitas—dua hal yang kelak menjadi pondasi John Kei dalam membangun kekuasaannya.
Semasa kecil, John dikenal sebagai anak yang pemberani. Seperti anak-anak Maluku lainnya, dia tumbuh dengan nilai-nilai keberanian dan kehormatan. Namun, kehidupan di pulau kecil tidak menjanjikan banyak kesempatan untuk maju, yang akhirnya mendorong John untuk mencari peruntungan di tempat lain.
Keputusan Merantau ke Jakarta
Pada akhir tahun 1980-an, saat usianya masih muda, John Kei memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya dan mencoba peruntungan di ibu kota. Tanpa koneksi dan modal besar, dia tiba di Jakarta hanya berbekal tekad yang kuat. Namun, Jakarta bukanlah tempat yang ramah bagi pendatang miskin.
Saat pertama kali tiba di Jakarta, John harus menghadapi kenyataan pahit bahwa hidup di ibu kota jauh lebih sulit daripada yang dia bayangkan. Tanpa pekerjaan tetap dan tempat tinggal yang layak, dia terpaksa beradaptasi dengan kerasnya kehidupan jalanan.
Membangun Kekuasaan di Jakarta
Awal Karir di Dunia Kriminal
Di tahun-tahun awalnya di Jakarta, John mulai membangun reputasi. Dia bergabung dengan komunitas Ambon di Jakarta, sebuah kelompok yang saat itu mulai menguasai beberapa sektor bisnis ilegal—mulai dari jasa keamanan malam, debt collector, hingga penyelesaian sengketa dengan cara kekerasan.
Dari sinilah John mulai mendapatkan nama. Dia belajar bagaimana cara mengendalikan orang-orang di sekitarnya, membangun jaringan, dan yang paling penting, bagaimana membuat orang takut sekaligus menghormatinya.
Strategi Membangun Jaringan
Dalam dunia yang penuh dengan kekerasan, John memiliki satu keunggulan dibandingkan banyak preman lainnya: dia tidak hanya mengandalkan otot tetapi juga kecerdasan. Pada awal tahun 2000-an, ketika Jakarta sedang mengalami berbagai konflik antar kelompok—terutama bentrokan antara kelompok Ambon dan Flores di beberapa wilayah strategis seperti Tanah Abang dan kawasan hiburan malam—John Kei benar-benar mulai diperhitungkan sebagai pemimpin.
John membangun jaringan dengan berbagai pihak, termasuk sesama kelompok preman, pengusaha, hingga beberapa oknum yang memiliki pengaruh di pemerintahan. Jaringan inilah yang membuatnya semakin sulit disentuh oleh hukum.
Bisnis dan Metode Operasi
Debt Collector dan Jasa Pengamanan
Salah satu sektor yang membuat John Kei semakin kaya dan berkuasa adalah bisnis debt collector. Banyak pengusaha di Jakarta yang bermasalah dengan utang, dan tidak semua orang bisa menyelesaikan persoalan ini melalui jalur hukum. Di sinilah John dengan reputasinya yang sudah mengakar masuk ke dalam bisnis.
Banyak orang lebih memilih menggunakan jasa John untuk menagih utang ketimbang melalui jalur pengadilan yang panjang dan melelahkan. John dan kelompoknya akan memaksa orang untuk membayar hutang, dan kelompok ini tidak segan-segan menggunakan kekerasan.
Penguasaan Wilayah Strategis
Selain bisnis debt collector, John juga mulai memperluas pengaruhnya ke berbagai sektor lain, termasuk pengamanan dan jasa penyelesaian sengketa di Jakarta. John Kei dan kelompoknya menguasai beberapa wilayah strategis di Jakarta, termasuk sebagian Tanah Abang yang dikenal sebagai salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara.
Konflik Besar dalam Dunia Preman Jakarta
Perseteruan dengan Nus Kei
Di puncak kejayaannya, musuh terbesar John ternyata bukan datang dari luar melainkan dari keluarganya sendiri. Nus Kei, yang merupakan sepupu dari John, juga merupakan sosok yang cukup disegani dalam jaringan mereka. Awalnya keduanya bekerja sama menjalankan bisnis jalanan, namun persaingan internal membuat hubungan mereka retak.
Nus Kei mulai membangun jaringannya sendiri yang pada akhirnya berseberangan dengan kelompok John Kei. Salah satu pemicu utama konflik adalah perbedaan cara dalam menjalankan bisnis debt collector dan jasa pengamanan. Nus cenderung ingin menggunakan pendekatan yang lebih halus, sementara John tetap mengedepankan metode kekerasan untuk mempertahankan dominasi.
Perang dengan Hercules
Nama Hercules Rosario Marshal adalah salah satu orang yang paling disegani di Jakarta. Sama seperti John Kei, Hercules adalah seorang pria keturunan Timur yang telah lama menjadi sosok yang menguasai berbagai sektor bisnis ilegal di ibu kota.
Dengan latar belakang yang hampir serupa—sama-sama berasal dari Indonesia timur dan sama-sama membangun jaringan di dunia bawah—banyak yang mengira John Kei dan Hercules bisa bekerja sama. Namun yang terjadi justru sebaliknya: keduanya sering terlibat konflik dan bentrokan.
Ketegangan antara dua kelompok ini berawal dari perebutan wilayah dan pengaruh di Jakarta. Baik John maupun Hercules memiliki jaringan yang kuat di bisnis pengamanan dan debt collector, namun perbedaan metode dan gaya kepemimpinan membuat mereka sulit untuk berdamai.
Kasus Pembunuhan dan Hukuman Penjara Pertama
Penangkapan Kasus Tan Hari Tantono
Tahun 2012 menjadi tahun yang menentukan dalam perjalanan hidup John Kei. Pada tanggal 27 Januari 2012, seorang pengusaha bernama Tan Hari Tantono, yang juga dikenal sebagai bos PT Sanex Steel Indonesia, ditemukan tewas di kamar 2701 di Swiss Bell Hotel Jakarta. Kasus ini langsung menarik perhatian karena metode pembunuhannya sangat brutal.
Dari hasil investigasi, polisi menemukan bahwa pembunuhan ini diduga dilakukan oleh beberapa orang yang terkait dengan kelompok John Kei. Berdasarkan keterangan saksi dan bukti yang ditemukan di lokasi kejadian, John diduga menjadi otak di balik pembunuhan tersebut.
Proses Hukum dan Vonis
Pada tanggal 17 Februari 2012, John Kei ditangkap oleh Tim Reserse Mobilitas Polda Metro Jaya di Hotel Chiwan, Pulau Mas, Jakarta Timur. Saat ditangkap, dia sempat melakukan perlawanan tetapi akhirnya berhasil diamankan tanpa ada baku tembak.
Setelah penangkapannya, John harus mengalami serangkaian proses hukum yang panjang. Selama persidangan, dia membantah telah memerintahkan pembunuhan Tan Hari Tantono. Namun, bukti yang dikumpulkan oleh jaksa cukup kuat untuk menjeratnya.
Pada tanggal 27 Desember 2012, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara kepada John atas keterlibatannya dalam pembunuhan tersebut. Hukuman ini kemudian diperberat menjadi 16 tahun penjara setelah jaksa mengajukan banding.
Kehidupan di Penjara Nusakambangan
Perubahan Sikap di Balik Jeruji
Di Lapas Nusakambangan, John Kei mengalami kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupannya di luar. Tidak ada pasukan yang siap melindunginya, tidak ada bisnis ilegal yang bisa dijalankan dengan bebas. Yang ada hanyalah waktu dan refleksi atas semua yang telah dilakukannya.
Di sinilah untuk pertama kalinya John mulai dikenal sebagai sosok yang berubah. Dia mulai mendekatkan diri pada agama dan sering kali mengikuti kegiatan rohani. Bahkan dia beberapa kali diberitakan ikut dalam acara kebaktian dan menjadi motivator bagi narapidana lain.
Pembebasan Bersyarat
Setelah menjalani sebagian hukumannya, pada tanggal 26 Desember 2019, John Kei resmi dibebaskan dari Lapas Nusakambangan setelah mendapatkan pembebasan bersyarat. Banyak yang berharap bahwa setelah keluar dari penjara, dia akan meninggalkan dunia preman dan berusaha menjalani hidup yang lebih baik.
Kembali ke Dunia Kriminal
Konflik dengan Nus Kei Setelah Bebas
Namun dunia yang telah ia bangun selama bertahun-tahun tidak begitu saja melepaskannya. Setelah John bebas, hubungannya dengan Nus Kei justru memburuk. Penyebab utama konflik ini adalah perbedaan prinsip dan kepentingan bisnis. Nus ingin hidup dengan damai, sementara John masih ingin berkuasa.
Selama John di penjara, Nus lebih fokus pada bisnis legal dan menjauh dari dunia premanisme. Namun John masih ingin mempertahankan jaringan lamanya, yang pada akhirnya menyebabkan gesekan di antara keduanya.
Penyerangan di Grand Lake City
Puncak konflik terjadi pada tanggal 21 Juni 2020, ketika kelompok John Kei melakukan serangan terhadap rumah Nus Kei di Grand Lake City. Penyerangan ini dilakukan oleh puluhan orang bersenjata tajam yang datang menggunakan beberapa mobil. Mereka merusak rumah dan menyerang beberapa orang yang ada di dalamnya, menyebabkan satu orang tewas akibat luka senjata tajam.
Penangkapan Kedua dan Masa Depan
Proses Hukum Kasus Penyerangan
Aksi brutal ini langsung menarik perhatian polisi. Dalam waktu singkat, John Kei dan puluhan anak buahnya ditangkap. Hanya dalam hitungan jam setelah serangan di Grand Lake City, polisi bergerak cepat menangkap John di markasnya di Bekasi.
Dalam penggerebekan tersebut, polisi menemukan berbagai barang bukti yang menguatkan keterlibatan John dalam aksi brutal ini, antara lain senjata tajam seperti parang dan golok, senjata api rakitan dan peluru, serta beberapa kendaraan yang digunakan dalam aksi penyerangan.
Vonis dan Refleksi
Setelah melewati berbagai sidang, pada tahun 2021, pengadilan akhirnya menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara kepada John Kei. Sementara itu, beberapa anak buahnya mendapatkan hukuman yang bervariasi dari 10 hingga 17 tahun penjara.
Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun John Kei sudah pernah menjalani hukuman, dia tetap tidak bisa melepaskan diri dari dunia kriminal. Namun, berbeda dengan masa kejayaannya dulu, kali ini dia tidak bisa lagi mengelak dari jeratan hukum.
Kesimpulan
Perjalanan hidup John Kei merupakan potret nyata tentang bagaimana seseorang dari daerah terpencil bisa menjelma menjadi sosok yang paling ditakuti di ibu kota. Dari pemuda biasa di Kepulauan Kei hingga menjadi godfather Jakarta, kisah John Kei menunjukkan bagaimana kekuasaan yang dibangun dengan kekerasan pada akhirnya akan berakhir dengan kekerasan pula.
Saat ini, dengan hukuman 15 tahun penjara, John Kei kembali berada di balik jeruji besi, dan kemungkinan besar masa kejayaannya di dunia preman Jakarta telah berakhir. Meski begitu, namanya akan tetap dikenang sebagai salah satu preman paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Pertanyaan Seputar John Kei
Siapa sebenarnya John Kei?
John Refra alias John Kei adalah seorang preman yang berasal dari Kepulauan Kei, Maluku. Dia dikenal sebagai salah satu bos preman paling berpengaruh di Jakarta, yang menguasai berbagai bisnis ilegal seperti debt collector dan jasa pengamanan.
Apa yang menyebabkan John Kei masuk penjara untuk pertama kalinya?
John Kei masuk penjara pertama kali karena kasus pembunuhan pengusaha Tan Hari Tantono pada Januari 2012. Dia dijatuhi hukuman 16 tahun penjara namun kemudian mendapatkan pembebasan bersyarat pada Desember 2019.
Apa yang terjadi setelah John Kei bebas dari penjara?
Setelah bebas dari penjara pada Desember 2019, John Kei kembali terlibat konflik dengan sepupunya, Nus Kei. Puncak konflik terjadi pada Juni 2020 ketika kelompok John menyerang rumah Nus di Grand Lake City, yang mengakibatkan satu orang tewas.
Berapa lama hukuman John Kei saat ini?
Untuk kasus penyerangan dan pembunuhan di Grand Lake City pada Juni 2020, John Kei dijatuhi hukuman 15 tahun penjara pada tahun 2021.
Apakah Anda tertarik dengan kisah-kisah kriminal lainnya di Indonesia? Bagikan artikel ini ke media sosial Anda dan berikan komentar tentang apa yang Anda pikirkan mengenai perjalanan hidup John Kei! Jangan lupa untuk mengikuti blog kami untuk mendapatkan artikel-artikel menarik lainnya.
Artikel ini disusun berdasarkan informasi yang tersedia untuk tujuan edukasi. blog kami tidak mendukung atau mengagungkan aktivitas kriminal dalam bentuk apapun.