Kapitalisme di Era Modern: Mengapa Sistem Ini Dipandang dengan Kekecewaan?

Kapitalisme telah menjadi sistem ekonomi dominan yang mengatur hampir setiap sudut perekonomian dunia. Namun, ironis bahwa sistem yang begitu mendunia ini hampir di mana-mana dipandang dengan kekecewaan, frustrasi, dan kecurigaan. Sejak runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 yang menandai "kemenangan" kapitalisme atas komunisme, sistem ini telah menjerat peradaban manusia hingga saat ini. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang bagaimana kapitalisme bekerja, sejarah perkembangannya, dan mengapa sistem yang begitu dominan ini tetap menuai kritik dari berbagai lapisan masyarakat.

Apa Sebenarnya Kapitalisme Itu?

Mendefinisikan kapitalisme bukanlah perkara mudah. Tidak ada kesepakatan universal tentang definisi yang tepat untuk sistem ekonomi ini. Bahkan, sebagian besar penganut liberalisme yang merayakan "kemenangan" kapitalisme pun enggan menggunakan istilah tersebut, lebih memilih istilah "ekonomi pasar" sebagai gantinya.

Definisi dan Sejarah Awal Kapitalisme

Istilah "kapitalisme" pertama kali dipopulerkan bukan oleh Adam Smith yang dianggap sebagai Bapak Kapitalisme, melainkan oleh Karl Marx dalam karya monumentalnya, "Das Kapital". Marx mendefinisikan kapitalisme sebagai:

"Mode produksi yang ditujukan untuk mencapai keuntungan setinggi-tingginya yang didapat melalui proses produksi dengan mengeksploitasi para pekerja yang menghasilkannya."

Menurut Marx, kapitalisme memiliki empat ciri utama:

  1. Production of commodities (produksi komoditas)
  2. Wage labor (kerja upahan)
  3. Acquisitiveness (keinginan menumpuk kekayaan tanpa batas)
  4. Organisasi yang rasional

Adam Smith, dalam karyanya "The Wealth of Nations," memiliki pandangan berbeda. Ia menekankan pada "invisible hands" (tangan-tangan tak terlihat) yang menuntun individu dalam meraih kepentingan pribadi sekaligus memajukan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

Evolusi Kapitalisme: Dari Fase Awal Hingga Era Modern

Kapitalisme Awal (Abad ke-16 hingga ke-18)

Kapitalisme muncul di Eropa pada abad ke-16 sebagai perlawanan terhadap sistem feodal. Menurut Max Weber dalam karyanya "The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism," kemunculan kapitalisme sangat erat kaitannya dengan semangat religius, terutama dari kaum Protestan.

Dudley Dillard, profesor ekonomi dari University of Maryland, membagi perkembangan kapitalisme menjadi tiga tahap:

  1. Kapitalisme Awal: Dimulai dengan lahirnya institusi pasar pada abad ke-16, ditandai dengan perkembangan industri sandang di Inggris yang menjadi pelopor lahirnya kapitalisme di Eropa.
  2. Kapitalisme Klasik: Ditandai dengan revolusi industri di Inggris dan pergeseran dari modal perdagangan ke modal industri.
  3. Kapitalisme Lanjut: Muncul pada abad ke-20 dengan pergeseran dominasi modal dari Eropa ke Amerika.

Kapitalisme Klasik dan Revolusi Industri

Perkembangan kapitalisme pada fase klasik tidak lepas dari Revolusi Industri di Inggris. Transformasi dari dominasi modal perdagangan ke modal industri menjadi ciri utama masa ini. Adam Smith meletakkan gagasan "laissez-faire, laissez-passer" (biarkan terjadi, biarkan berlalu) sebagai doktrin mutlak kapitalisme klasik.

Kapitalisme Lanjut di Era Modern

Kapitalisme di abad ke-20 mengalami perubahan signifikan dengan ditandai oleh:

  1. Pergeseran dominasi modal dari Eropa ke Amerika
  2. Bangkitnya kesadaran bangsa-bangsa di Asia dan Afrika
  3. Revolusi Bolshevik di Rusia yang melahirkan ideologi tandingan: komunisme

Di era ini, kapitalisme menunjukkan fleksibilitasnya dengan terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Produk-produk kapitalisme tidak hanya sekedar barang, tetapi juga identitas dan standar kelas.

Tiga Sifat Dasar Kapitalisme yang Problematik

Ada tiga pola sifat dan watak dasar kapitalisme yang menjadi landasan kritik terhadap sistem ini:

1. Eksploitasi

Eksploitasi mengacu pada pergerukan secara besar-besaran terhadap sumber daya alam dan manusia. Praktik ini terlihat jelas sejak zaman penjajahan hingga saat ini, meski dalam bentuk yang berbeda.

2. Akumulasi

Akumulasi adalah sifat penumpukan kekayaan yang membuat para kapitalis tidak pernah puas dengan apa yang telah diraih. Mereka akan terus berusaha menggandakan kekayaan dengan berbagai cara.

3. Ekspansi

Ekspansi merupakan perluasan wilayah pasar. Kaum kapitalis melakukan ekspansi ke seluruh dunia melalui modal dan pendirian pabrik-pabrik besar, yang semakin dimuluskan dengan globalisasi.

Kapitalisme Kontemporer: Neo-imperialisme dalam Bentuk Baru

Kapitalisme di era modern telah menjadi apa yang disebut sebagai "neo-imperialisme" — penjajahan dengan konsep baru yang lebih modern. Sistem ini membentuk sekularisme yang menghalangi agama terlibat dalam kebijakan ekonomi, dan mendorong liberalisasi perdagangan dalam bentuk pasar bebas.

Peran Korporasi Multinasional dan Transnasional

Di era kapitalisme lanjut, korporasi-korporasi modern tidak lagi hanya bergerak di bidang industri manufaktur, tetapi juga jasa dan informasi. Mereka mengambil bentuk multinational corporation (MNC) dan transnational corporation (TNC) yang semakin mempertegas bahwa pelaku aktivitas ekonomi sebenarnya bukanlah negara, melainkan para pengusaha bermodal besar.

Hubungan Simbiosis Kapitalisme dan Negara

Meskipun kapitalisme menganut paham kebebasan pasar, peran negara tetap dibutuhkan untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi. Di Amerika Serikat, misalnya, model kapitalisme yang diterapkan bukanlah kapitalisme murni "laissez-faire," melainkan sistem yang disesuaikan dengan berbagai aturan hukum yang membatasi penguasaan sumber daya dan konsumsi berlebihan.

Kritik dan Kekecewaan terhadap Kapitalisme

Alienasi dan Ketimpangan Sosial

Salah satu kritik utama terhadap kapitalisme adalah alienasi yang dialami oleh mayoritas masyarakat, terutama kaum buruh, petani, dan kelompok marginal lainnya. Sistem ini cenderung menciptakan ketimpangan sosial yang semakin lebar antara yang kaya dan miskin.

Ketidakberlanjutan Lingkungan dan Sosial

Fokus kapitalisme pada pertumbuhan dan keuntungan seringkali mengabaikan aspek keberlanjutan lingkungan dan sosial. Eksploitasi sumber daya alam dan manusia untuk kepentingan ekonomi jangka pendek telah mengakibatkan berbagai krisis lingkungan dan sosial.

Triangle of Conspiracy: TNC, World Bank, dan WTO

Menurut konsep "triangle of conspiracy" dari O'Donnell, tiga pilar neoliberal — TNC, World Bank, dan WTO — berjalan linear dengan visi dan tujuan yang sama: liberalisasi pasar. Ketiga institusi ini menjadi kekuatan terbesar yang membentuk kebijakan internasional untuk kepentingan mereka.

Masa Depan Kapitalisme: Adaptasi atau Transformasi?

Meskipun banyak menghadapi kritik, kapitalisme telah menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai tantangan. Ironisnya, konsep "masyarakat tanpa kelas" yang menjadi cita-cita Marx justru lebih mungkin terwujud dalam masyarakat kapitalis modern daripada dalam masyarakat komunis.

Francis Fukuyama, dalam karyanya "The End of History and the Last Man," bahkan menyatakan bahwa demokrasi liberal dan kapitalisme Amerika merupakan titik akhir dari perkembangan ideologi manusia. Namun, pandangan ini tetap diperdebatkan mengingat berbagai masalah yang masih melekat pada sistem kapitalisme.

Kesimpulan

Kapitalisme telah menjelma menjadi sistem ekonomi dominan yang mengatur hampir seluruh perekonomian dunia. Namun, di balik dominasinya, sistem ini tetap dipandang dengan kekecewaan dan kritik dari berbagai pihak karena sifat dasarnya yang cenderung eksploitatif, akumulatif, dan ekspansif.

Meskipun memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai tantangan, kapitalisme perlu bertransformasi untuk mengakomodasi aspek keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial. Hanya dengan demikian, sistem ini dapat menjadi instrumen yang benar-benar bermanfaat bagi kesejahteraan seluruh umat manusia, bukan hanya segelintir orang.

Bagaimana pendapat Anda tentang sistem kapitalisme? Apakah sistem ini masih relevan di era modern atau perlu digantikan dengan sistem yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar di bawah!